Pada 16 Desember 1920, sebuah gempa bumi dahsyat melanda Provinsi Gansu, Tiongkok, yang dikenal sebagai salah satu gempa bumi paling mematikan dalam sejarah dunia. Dengan perkiraan kekuatan 7,8 hingga 8,5 pada skala Richter, gempa ini menewaskan lebih dari 200.000 orang dan menghancurkan wilayah pedesaan yang luas di China barat laut.
Latar Belakang
Provinsi Gansu, yang terletak di barat laut Tiongkok, adalah wilayah yang rawan gempa. Daerah ini berada di dekat pertemuan Lempeng Eurasia dan Lempeng India, di mana aktivitas tektonik yang intens menyebabkan frekuensi gempa yang tinggi. Namun, meskipun gempa bumi tidak asing bagi penduduk setempat, gempa Gansu 1920 memiliki dampak yang sangat dahsyat, baik dari segi korban jiwa maupun kerusakan fisik.
Wilayah yang paling terdampak adalah dataran tinggi di sekitar Pegunungan Liupan. Daerah tersebut didominasi oleh desa-desa kecil dengan bangunan yang tidak dirancang untuk menahan getaran besar. Banyak bangunan di wilayah itu terbuat dari tanah liat dan batu bata yang mudah runtuh, sehingga memperbesar risiko korban jiwa.
Kronologi Gempa
Gempa bumi ini terjadi pada pukul 19:00 waktu setempat pada 16 Desember 1920, dengan pusat gempa di sekitar Kabupaten Haiyuan. Guncangan yang kuat menyebabkan kehancuran luas di seluruh wilayah tersebut. Dalam hitungan detik, ribuan rumah runtuh, menimbun keluarga di bawah puing-puing. Tanah longsor besar juga terjadi di beberapa area pegunungan, menghancurkan desa-desa yang terletak di lereng bukit.
Selain getaran besar, gempa ini juga menyebabkan perubahan pada aliran sungai di wilayah tersebut, yang memperburuk situasi dengan menimbulkan banjir. Banyak sungai yang berubah arah, menyebabkan kekacauan tambahan dan memperburuk bencana di beberapa daerah.
Korban Jiwa dan Kerusakan
Korban Jiwa
Jumlah korban jiwa diperkirakan mencapai lebih dari 200.000 orang, menjadikan gempa Gansu 1920 sebagai salah satu gempa bumi paling mematikan dalam sejarah manusia. Banyak dari korban tewas karena tertimpa bangunan yang runtuh, sementara yang lain tewas dalam tanah longsor atau tersapu oleh banjir yang diakibatkan oleh perubahan aliran sungai.
Dalam beberapa desa, hampir seluruh populasi tewas akibat runtuhnya bangunan dan tanah longsor yang besar. Banyak korban juga tewas karena cuaca dingin dan kurangnya bantuan medis di wilayah terpencil yang sulit dijangkau.
Kerusakan Fisik
Kerusakan fisik yang diakibatkan oleh gempa bumi ini sangat luas. Desa-desa di wilayah sekitar Kabupaten Haiyuan, tempat pusat gempa berada, hampir seluruhnya hancur. Selain bangunan yang runtuh, banyak jalan yang tertutup oleh longsoran tanah, membuat upaya penyelamatan dan pengiriman bantuan menjadi sangat sulit. Laporan menyebutkan bahwa lebih dari 73.000 rumah hancur total.
Selain itu, tanah longsor yang terjadi akibat gempa bumi juga mengubah bentang alam di beberapa wilayah. Banyak desa yang terkubur di bawah tanah yang longsor, dan aliran sungai berubah, menyebabkan banjir besar di wilayah-wilayah yang sebelumnya tidak terkena dampak langsung oleh gempa.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Gempa bumi ini menghancurkan tidak hanya bangunan fisik, tetapi juga kehidupan masyarakat yang terdampak. Di wilayah pedesaan yang sudah miskin, bencana ini menyebabkan kehancuran ekonomi yang parah. Banyak keluarga kehilangan mata pencaharian mereka, karena lahan pertanian yang hancur dan infrastruktur yang rusak.
Selain itu, musim dingin yang keras di Gansu memperburuk kondisi pengungsi yang kehilangan tempat tinggal akibat gempa. Kurangnya bantuan darurat yang memadai menyebabkan banyak orang yang selamat dari gempa tewas karena paparan cuaca dingin atau kelaparan. Pemerintah Tiongkok saat itu menghadapi kesulitan besar dalam menanggapi bencana, terutama karena keterbatasan logistik dan komunikasi di wilayah terpencil.
Tanggapan Pemerintah dan Bantuan Kemanusiaan
Pada masa itu, Tiongkok masih dalam kondisi politik yang tidak stabil, dengan perang saudara yang sedang berlangsung antara kekuatan nasionalis dan komunis. Hal ini membuat respons terhadap bencana menjadi terhambat, karena pemerintah pusat sulit untuk memobilisasi sumber daya dan koordinasi yang memadai.
Meskipun ada beberapa upaya untuk memberikan bantuan, wilayah yang terkena dampak sulit dijangkau. Banyak jalan yang rusak akibat tanah longsor, dan minimnya alat transportasi membuat proses pengiriman bantuan menjadi sangat lambat. Selain itu, persediaan makanan dan obat-obatan juga sangat terbatas, menyebabkan tingkat kematian yang tinggi di antara para korban yang selamat.
Dampak Jangka Panjang
Gempa bumi Gansu 1920 meninggalkan dampak jangka panjang yang signifikan bagi wilayah tersebut. Selain kehancuran fisik, gempa ini juga memengaruhi populasi dan ekonomi lokal untuk bertahun-tahun. Banyak daerah yang terdampak kehilangan sebagian besar penduduknya, dan butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun kembali infrastruktur yang rusak.
Secara ekonomi, wilayah yang sebelumnya sudah miskin menjadi semakin tertinggal setelah gempa. Keterbatasan bantuan dan infrastruktur membuat pemulihan berlangsung sangat lambat. Banyak keluarga yang kehilangan mata pencaharian dan tanah mereka harus memulai dari awal, sering kali tanpa dukungan yang memadai.
Selain itu, gempa bumi ini menjadi pengingat akan kerentanan wilayah tersebut terhadap bencana alam. Dengan sedikit peningkatan dalam standar konstruksi dan minimnya kesiapan bencana, wilayah-wilayah di China barat laut tetap rentan terhadap gempa di masa depan.
Pelajaran dari Bencana
Gempa bumi Gansu 1920 memberikan pelajaran penting tentang pentingnya kesiapsiagaan bencana, terutama di wilayah yang rawan gempa. Di Tiongkok, bencana ini menjadi salah satu pendorong untuk meningkatkan standar konstruksi bangunan dan memperbaiki sistem peringatan dini bencana.
Meskipun upaya untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana telah dilakukan di banyak negara, gempa ini juga mengingatkan bahwa wilayah-wilayah terpencil dengan akses terbatas terhadap bantuan dan infrastruktur tetap sangat rentan terhadap bencana alam.
Kesimpulan
Gempa bumi Gansu 1920 adalah salah satu bencana paling mematikan dalam sejarah Tiongkok dan dunia, menewaskan lebih dari 200.000 orang dan menghancurkan wilayah yang luas di Provinsi Gansu. Bencana ini memperlihatkan betapa dahsyatnya dampak gempa bumi di wilayah yang tidak siap secara fisik maupun ekonomi. Meskipun respons bantuan terbatas, tragedi ini telah memberikan pelajaran penting tentang pentingnya kesiapan bencana dan perbaikan infrastruktur di wilayah-wilayah rawan gempa.